Selasa, 01 Februari 2011

Penghitung IP Subnetting dengan Ipcalc

Seorang administrator yang mengelola jaringan sering merasa perlu membagi jaringan mereka menjadi bagian lebih kecil (disebut subnetwork) dalam rangka memberikan fleksibilitas addressing dan optimalisasi jaringan. Melalui subnetting, sebuah address jaringan (network address) tunggal dipecah mejadi banyak subnetwork atau disingkat subnet.Untuk menerapkan subnetting pada jaringan, perlu melakukan perhitungan subnet berserta host didalamnya.
Artikel kali ini, penulis akan menujukkan cara yang lebih mudah dalam menghitung subnet beserta host dengan menggunakan aplikasi ipcalc, dengan menggunakan aplikasi tersebut, kita tidak perlu lagi melakukan perhitungan manual dalam menentukan ip address dan broadcast untuk masing-masing subnet yang ada. Ipcalc mengambil alamat IP dan netmask dan dikalkulasi untuk mendapatkan hasil broadcast, network, Cisco wildcard mask, dan ketersediaan host.
Catatan:
Penulis menjalankan ipcalc di atas distro TeaLinuxOS 2.0 “Black Tea”, silakan download paket ipcalc sesuai dengan distro Linux yg digunakan.
Berikut ini cara penggunaan aplikasi ipcalc:
Untuk melihat penjelasan opsi yang terdapat di ipcalc perintahnya sebagai berikut:
$ ipcalc -h
Penjelasannya:
• b : tidak manampilkan nilai binari dari suatu alamat ip.
• s : menampilkan hasil hitung nilai subnet sesuai dengan masukkan jumlah host.
• r : menampilkan network yang ada sesuai range ip yang dimasukkan.

Latihan 1:
Untuk mengetahui range ip address jaringan 192.168.10.0/24, ketikkan perintah berikut: $ ipcalc 192.168.10.0/24
Output:
Address: 192.168.10.0 11000000.10101000.00001010.00000000Netmask: 255.255.255.0 = 24 11111111.11111111.11111111.00000000Wildcard: 0.0.0.255 00000000.00000000.00000000.11111111=>Network: 192.168.10.0/24 11000000.10101000.00001010.00000000HostMin: 192.168.10.1 11000000.10101000.00001010.00000001HostMax: 192.168.10.254 11000000.10101000.00001010.11111110Broadcast: 192.168.10.255 11000000.10101000.00001010.11111111Hosts/Net: 254 Class C, Private Internet
Jika tidak ingin outputnya menampilkan nilai binari alamat ip tambahkan opsi -b.
Contoh:
$ ipcalc -b 192.168.10.0/24
Ouput:
Address: 192.168.10.0Netmask: 255.255.255.0 = 24Wildcard: 0.0.0.255 =>Network: 192.168.10.0/24HostMin: 192.168.10.1HostMax: 192.168.10.254Broadcast: 192.168.10.255Hosts/Net: 254 Class C, Private Internet


Penjelasan:
Dari output di atas, dapat dilihat range ip address yag bisa digunakan dimulai dari 192.168.10.1 sampai 192.168.10.254, broadcast 192.168.10.255 dan jumlah host yang tersedia sebanyak 254 host.
Latihan 2:
Sebuah jaringan dengan alamat jaringan 192.168.15.0 ingin dibagi menjadi 2 subnet, dimana kedua subnet tersebut masing-masing memiliki host sebanyak 30. Untuk mendapatkan solusinya, ketikkan perintah berikut:
$ ipcalc -bs 30 30 192.168.15.0
Output:
Address: 192.168.15.0Netmask: 255.255.255.0 = 24Wildcard: 0.0.0.255 =>Network: 192.168.15.0/24HostMin: 192.168.15.1HostMax: 192.168.15.254Broadcast: 192.168.15.255Hosts/Net: 254 Class C, Private Internet

1. Requested size: 30 hostsNetmask: 255.255.255.224 = 27Network: 192.168.15.0/27HostMin: 192.168.15.1HostMax: 192.168.15.30Broadcast: 192.168.15.31Hosts/Net: 30 Class C, Private Internet

2. Requested size: 30 hostsNetmask: 255.255.255.224 = 27Network: 192.168.15.32/27HostMin: 192.168.15.33HostMax: 192.168.15.62Broadcast: 192.168.15.63Hosts/Net: 30 Class C, Private Internet

Needed size: 64 addresses.Used network: 192.168.15.0/26Unused:192.168.15.64/26192.168.15.128/25
Penjelasan:
• Request size pertama, ip dimulai dari 192.168.15.1 sampai dengan 192.168.15.30, dan ip broadcast adalah 192.168.15.31.
• Request size kedua, ip dimulai dari 192.168.15.33 sampai dengan 192.168.15.62, dan ip broadcast 192.168.15.63.
• Mengapa ip 192.168.15.32 dilewatkan, dan bukan dijadikan ip pertama dari subnet kedua? karena ip 192.168.15.32 dijadikan alamat jaringan untuk subnet kedua.
Demikian contoh cara menghitung ip subnetting dengan menggunakan aplikasi ipcalc, silakan Anda ekplorasi sendiri. agar lebih mahir dalam melakukan perhitungan ip subnetting, cobalah dengan contoh kasus yang lebih menantang lagi.
Good luck..!!!
Referensi:
http://sourceforge.net/projects/ipcalc/
http://romisatriawahono.net/2006/02/10/memahami-konsep-subnetting-dengan-mudah/
http://www.infolinux.co.id
http://avancalinux.blogspot.com
Hanya sebuah catatan pribadi saja kooo…..
Cara Menghitung IP
Jika anda ingin menjadi seorang Network Administrator salah tiga syarat utamanya adalah memahami TCP/IP tidak hanya secara Konsep tetapi juga Desain dan Implementasinya.
Dalam tutorial ini saya ingin membagi pengertian yang saya pahami dalam menghitung IP Adress secara cepat.
Kita mulai … lebih cepat lebih baik…
Mungkin anda sudah sering men-setting jaringan dengan protokol TCP/IP dan menggunakan IP Address 192.168.0.1, 192.168.0.2, 192.168.0.3, …dst dengan netmask (subnet) 255.255.255.0 . Namun pernahkah terpikir untuk menggunakan IP selain IP tersebut ? misalnya :
192.168.100.1 netmask 255.255.255.248 atau
192.168.50.16 netmask 255.255.255.240 ...???

Teori Singkat & Umum
Untuk mempelajari IP diperlukan pengetahuan tentang Logika dan Sitem Bilangan Biner. Tentang bagaimana cara mengkonversi bilangan Biner ke dalam bilangan Decimal atau menjadi BIlangan HexaDecimal, silahkan baca tutorial Sistem Bilangan Logika [Not Finished Yet] yang juga saya tulis dalam bentuk ringkasan. IP Address yang akan kita pelajari ini adalah IPv.4 yang berisi angka 32 bit binner yang terbagi dalam 4×8 bit.
Conto :
8 bit 8 bit 8 bit 8 bit
192.168.0.1 -> 1 1 0 0 0 0 0 0 . 1 0 1 0 1 0 0 0 . 0 0 0 0 0 0 0 0 . 0 0 0 0 0 0 0 1
192 . 168 . 0 . 1

Hal yang perlu dipahami dalam penggunaan IP Address secara umum adalah sebagai berikut :
Kelas IP
IP Address di bagi menjadi 5 kelas yakni A, B, C, D dan E. Dasar pertimbangan pembagian kelas ini adalah untuk memudahkan pendistribusian pendaftaran IP Address.
• Kelas A

Kelas A ini diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang besar
Bit Pertama : 0 Net-ID : 8 bit Host-ID : 24 bit Range IP : 1.xxx.xxx.xxx - 126.xxx.xxx.xxx Jumlah IP : 16.777.214
Note : 0 dan 127 dicadangkan, 0.0.0.0 dan 127.0.0.0 biasanya dipakai untuk localhost.

• Kelas B
Kelas A ini diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang besar
2 Bit Pertama : 10 Net-ID : 16 bit Host-ID : 16 bit Range IP : 128.xxx.xxx.xxx - 191.255.xxx.xxx Jumlah IP : 65.532

• Kelas C
3 Bit Pertama : 110 Net-ID : 24 bit Host-ID : 16 bit Range IP : 192.xxx.xxx.xxx - 223.255.255.255 Jumlah IP : 254

• Kelas D
4 Bit Pertama : 1110 Byte Inisial : 224 - 247
Note : Kelas D ini digunakan untuk keperluan multicasting dan tidak mengenal adanya Net-ID dan Host-ID



• Kelas E
4 Bit Pertama : 1111 Byte Inisial : 248 - 255
Note : Kelas E ini digunakan untuk keperluan Eksperimental

-> Network ID (Net-ID)
Adalah IP address yang menunjukkan Nomor Jaringan (identitas segmen)
Conto :
1. Sebuah segmen dengan IP range 192.168.0.0 – 192.168.0.255 netmask 255.255.255.0 maka Net-ID nya adalah 192.168.0.0.
2. Sebuah jaringan dengan IP range 192.168.5.16 – 192.168.5.31/28 maka Net-ID nya adalah 192.168.5.16
Note : Net-ID adalah IP pertama dari sebuah segmen. Dalam implementasinya IP ini tidak dapat digunakan pada sebuah host.
-> IP Broadcast
Adalah IP address yang digunakan untuk broadcast. Dari conto di atas maka IP Broadcast nya adalah 192.168.0.255 .
Note : IP Broadcast adalah IP terakhir dari sebuah segmen (kebalikan dari Net-ID). Dalam implementasinya IP ini juga tidak dapat digunakan pada sebuah host.
-> Subnet Mask (Netmask)
Adalah angka binner 32 bit yang digunakan untuk :
• membedakan Net-ID dan Host-ID
• menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar
Kelas A : 11111111.00000000.00000000.00000000 = 255.0.0.0 Kelas B : 11111111.11111111.00000000.00000000 = 255.255.0.0 Kelas C : 11111111.11111111.11111111.00000000 = 255.255.255.0

Contoh :
sebuah segmen dengan IP range 192.168.0.0 – 192.168.0.255 maka Netmask nya adalah : 255.255.255.0 .
-> Prefix
Adalah penulisan singkat dari sebuah Netmask. Dari conto juga maka prefix nya adalah 24 maka menuliskan prefix-nya 192.168.0.0/24
-> Jumlah IP yang tersedia
Adalah jumlah IP address yang tersedia dalam sebuah segmen (blok). Dari conto di atas maka Jumlah IP yang tersedia sebanyak 256 (192.168.0.0 – 192.168.0.255)
Note : Dalam implementasinya tidak semua IP yang tersedia dapat digunakan karena ada 2 IP yang akan digunakan sebagai Net-ID dan Broadcast..
-> Jumlah Host
Adalah jumlah dari IP address yang dapat dipakai dalam sebuah segmen. Dari conto di atas maka jumlah host-nya adalah 254 (192.168.0.1 – 192.168.0.254). IP 192.168.0.0 sebagai Net-ID dan 192.168.0.255 sebagai Broadcast-nya.
Note : Jumlah Host = Jumlah IP yg tersedia – 2
-> IP Public
Adalah IP address yang dapat dikenali di jaringan internet.
Conto :
202.95.144.4, 64.3.2.45, 4.2.2.1 dst
Note : IP Public akan kita dapatkan jika kita berlangganan Leased Line.
-> IP Private
Adalah IP address yang hanya dapat dikenali di jaringan local (LAN).
Conto :
192.168.1.1, 192.168.0.5, 192.168.10.200 dst
Note : IP Private dapat kita gunakan semau kita untuk membangun LAN tanpa harus berlangganan Internet seperti Leased Line.
Memulai Perhitungan
Perhatikan kombinasi angka dibawah ini :

Cara membaca :
Kombinasi angka tersebut adalah untuk netmask 255.255.255.0 yang apabila di konversi ke Bilangan Biner adalah 11111111.11111111.11111111.00000000. Kita ambil 8 bit terakhir yaitu .00000000.
Apabila pada kolom pertama di beri nilai ’1′ dan yg lainnya bernilai ’0′ ( .10000000 ) maka
1. Jumlah IP yang kita miliki (tersedia) sebanyak 128 nomor
2. Netmask yang harus dipakai adalah 255.255.255.128
3. Kita dapat menuliskan IP tersebut 192.168.0.0/25 dengan 25 sebagai nilai prefix-nya.
4. Jumlah segmen yang terbentuk sebanyak 2 yaitu
192.168.0.0 - 192.168.0.127 -> sesuai dgn point 1. IP yang tersedia sebanyak 128 buah tiap segmen 192.168.0.128 - 192.168.0.255
5. Jumlah IP yang dapat dipakai untuk host sebanyak 126 setelah dikurangi dengan Net-ID dan Broadcast .
Sekarang dapatkah Anda mencari seperti 5 point sebelumnya apabila 3 bit pertama di beri nilai ’1′ ?
Latihan
• Saya memiliki IP sebagai berikut :
A. 192.168.0.10/28 B. 192.168.0.15/netmask 255.255.255.240 C. 192.168.0.16/28 D. 192.168.0.20 netmask 255.255.255.240 E. 192.168.0.20/28 F. 192.168.0.9/30 G. 192.168.0.11/255.255.255.250
Pertanyaan :
1. Manakah IP yang dapat saling berhubungan (berada dalam segmen yang sama) ?
2. Berapakah netmask untuk IP A,C,E,F ?
3. Berapakah nilai prefix untuk IP B,D,G ?
4. Manakah IP yang tidak dapat digunakan dalam jaringan, dan apa sebabnya ?
5. Berapa range untuk masing-masing IP ?
6. Bagaimana cara menguji konektivitas masing-masing IP ?
Referensi :
1. TCP/IP Standart, Deain dan Implementas (Onno W. Purbo)
2. Google.com
3. Pengalaman ngeset IP..
Hanya ini yang dapat aku persembahkan, mohon maaf jika masih banyak kesalahan…



Description: IP ADDRESS ‘n SUBNETTING IP ADDRESS 1. IP Address Definisi IP address atau alamat IP adalah suatu deretan bilangan unik yang terdiri dari 32 bit (digit biner) dan terbagi dalam 4 oktet yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu host atau computer di internet. Suatu computer tidak akan pernah dapat terkoneksi atau menjadi bagian dari jaringan jika tidak memiliki IP address meskipun jaringan tersebut hanya berupa jaringan local dan tidak terhubung ke jaringan internet. Format Penulisan IP address memiliki 4 oktet dan masing-masing terdiri dari 8 binary digit. Setiap alamat terbagi atas dua komponen : Network ID (netID) : bagian dari alamat IP yang menunjukkan ID jaringan Host ID : bagian setelah netID yang menunjukkan alamat host atau computer. Oktet 1 Oktet 2 Oktet 3 Oktet 4 Untuk mempermudah pemahaman IP address tidak dituliskan dalam bit binary digit tapi dalam bentuk decimal. Contoh: 11111111.11111111.00000000.00000001 ditulis 255.255.0.1 Pembagian Kelas IP Address IP address dibagi dalam beberapa kelas. Ada 5 kelas yang telah disepakati, tetapi yang sering terpakai hanya 3 kelas. Kelas tersebut adalah kelas A, B, C, D ,dan E. 0 ........... Kelas A 10 …….. Kelas B 110 ……. Kelas C 1110 …… Kelas D 11110 ….. Kelas E Tabel Tipe dan Ukuran alamat IP Address range Network part (bit) Jmh jaringan Host part (bit) Jmh host per jaringan A 0.0.0.0-127.255.255.255 1+7 bit 128 24 bit 16.777.216 B 128.0.0.0-191.255.255.255 2+14 bit 16.384 16 bit 65.536 C 192.0.0.0-223.255.255.255 3+21 bit 2.097.152 8 bit 256 D 224.0.0.0-239.255.255.255 4+28 bit E 224.0.0.0-239.255.255.255 Sekalipun address kelas A memiliki network 8 bit, salah satu dari bit tersebut selalu 0, sehingga hanya ada 7 bit variabel pada network part atau hanya ada 128 jaringan bukan 256. Dari jumlah host per jaringan dapat diketahui bahwa: Kelas A digunakan dan dialokasikan untuk sebuah jaringan yang sangat besar Kelas B digunakan untuk jaringan yang sedang (lebih kecil daripada kelas A) Kelas C dialokasikan untuk jaringan yang berukuran kecil Sedangkan kelas D dan E sangat jarang sekali digunakan. Kelas D hanya digunakan untuk keperluan IP multicasting dan kelas E adalah kelas yang dicadangkan untuk keperluan eksperimental. Pengalokasian IP address Terdapat beberapa aturan dasar dalam menentukan network ID dan host ID yang hendak digunakan. Aturan tersebut adalah: Network ID tidak boleh sama dengan 127 (127.xxx.xxx.xxx) Network ID tersebut tidak dapat digunakan karena secara default ID tersebut digunakan oleh protocol dalam proses ‘loop-back’ yaitu paket yang ditrasmisikan kembali diterima oleh buffer computer itu sendiri tanpa ditransmisikan ke media jaringan sebagai alamat untuk diagnostic. Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255 (seluruh bit diset 1) Alamat IP 255.255.255.255 akan diartikan sebagai broadcast addresst. ID broadcast adalah alamat yang mewakili seluruh anggota jaringan. Pengiriman paket ke alamat ini akan menyebabkan paket ini diterima oleh seluruh anggota network tersebut. Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0 (seluruh bit diset 0) Alamat IP 0.0.0.0 diartikan sebagai network address yaitu alamat yang digunakan untuk menunjuk suatu jaringan, dan tidak menunjuk ke suatu host. Alamat untuk host tidak diperbolehkan bernilai 0 atau 1 (dalam decimal 0 atau 255), karena nilai 0 dianggap sebagai network address dan nilai 255 dianggap sebagai broadcast address. Contoh : 130.45.0.0 – tidak boleh digunakan. Host ID harus unik, tidak boleh ada 2 host dengan host ID yang sama. Konsep CIDR (Classess Inter-Domain Routing) Penulisan IP address umumnya adalah xxx.xxx.xxx.xxx (misal : 192.168.1.2) namun ada kalanya ditulis xxx.xxx.xxx.xxx/xx (misal:192.168.1.2/24). Maksudnya 192.168.1.2/24 adalah IP addressnya 192.168.1.2 dan subnet mask nya 255.255.255.0. Tanda /24 artinya ada 24 bit pada subnet mask dengan bit 1, atau dengan kata lain subnet masknya adalah :11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Subnet mask adalah alamat subnet yang diambil dari alamat host (penjelasannya ada pada bagian subnetting). 2. Subnetting Subnetting adalah pembagian suatu kelompok alamat IP menjadi bagian yang lebih kecil lagi. Latar belakang: Jaringan yang terhubung ke internet harus menggunakan alamat tertentu. Semakin berkembangnya teknologi, semakin banyak pula yang membutuhkan IP. Sayangnya alamat internet yang tersedia semakin menipis. Akibatnya banyak organisasi yang merasa kekurangan. IP Address untuk satu network id harus kita beli dari badan Internic atau APNIC dengan harga mahal. Sehingga bila diinginkan suatu jaringan internet dengan 1 id network tetapi banyak host digunakanlah suatu teknik tertentu. Untuk itu diciptakan teknik subnetting. Subnetting memungkinkan administrator jaringan untuk mendistribusikan no.host dari net.ID yang diberikan kepada beberapa subnetwork. Hubungan antar subnet-nya dengan menggunakan router. Interpretasi alamat IP tanpa dan dengan subnetting. Tanpa : Net.ID + hostID Dengan : Net ID + subnetID + host ID Tujuan: Membagi suatu kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak Keteraturan Mengurangi trafik jaringan Meningkatkan performa kerja jaringan Menyederhanakan manajemen jaringan Keuntungan: Menyederhanakan administrasi. Dengan bantuan router, jaringan dapat dipecah ke dalam bagian-bagian lebih kecil yang dapat dikelola lebih mudah dan efisien Perubahan struktur jaringan internal tidak berdampak pada jaringan di luar. Keamanan jaringan yang lebih baik. Pembatasan lalu lintas jaringan. Dengan bantuan router dan subnetting, lalu lintas data dalam jaringan diminimumkan. Misal suatu jaringan dengan IP 192.169.10.0 akan dibagi menjadi 5 jaringan kecil (masing-masing 48 host) yang artinya harus dilakukan proses subnetting dalam jaringan tersebut. Langkah pertama yang harus dilakukan membagi IP jaringan tersebut menjadi blok-blok. IP jaringan tersebut adalah tipe klas C yang telah diketahui mempunyai 255 IP, maka setiap blok akan punya IP sebanyak (255:5)-2 =49 (2 IP diambil untuk IP broadcast dan IP network) Teknik subnetting: Dalam melakukan subnetting: Terlebih dahulu harus diketahui IP address utamanya, Kemudian tentukan jumlah subnet yang akan dibuat Tentukan subnet mask yang baru dan IP address yang baru setelah dilakukan subnetting. Penggunaan rumus untuk menentukan subnet mask yang baru: Jumlah subnet <= 2n-2, n adalah jumlah bit mask (bit 1) yang akan ditambahkan pada bagian awal host pada subnet defaultnya. Kelompok subnet baru yang akan dipakai merupakan kelipatan dari bilangan yang dihitung dengan rumus = 256 – octet baru hasil bit mask yang baru. Contoh: Misal sebuah perusahaan yang memiliki 9 kantor cabang menginginkan agar pengaturan dan manajemen jaringannya menjadi lebih mudah. Untuk itu diinginkan setiap kantor pusat dan cabang memiliki ID network yang berbeda. Salah satu cara yaitu dengan menggunakan teknik subnetting, sebab perusahaan itu hanya membeli sebuah IP address klas B yaitu 164.10.0.0. Berapa network ID tiap-tiap kantor? Penyelesaian: IP address utamanya 164.10.0.0 dengan subnet default 255.255.0.0 atau dalam bilangan binernya 11111111.11111111.00000000.00000000 Jumlah subnet = 1 kantor pusat + 9 kantor cabang =10 Jumlah subnet <= 2n-2, Jika n = 3 ; 23-2 = 6 Jika n = 4 ; 24-2=14 ( n yang digunakan adalah 4) Subnet mask baru = subnet default + bit 1 sebanyak 4 buah pada alamat host awal Awal : 11111111.11111111.00000000.00000000 = 255.255.0.0 Menjadi :11111111.11111111.11110000.00000000 = 255.255.240.0 Kelipatan subnet baru : 256 – 240 =16 Kelompok IP address baru yang tersedia untuk subnet yang baru: 164.10.16.0 – 164.10.31.255 164.10.32.0 – 164.10.47.255 164.10.48.0 – 164.10.63.255 164.10.64.0 – 164.10.79.255 164.10.80.0 – 164.10.95.255 164.10.96.0 – 164.10.111.255 164.10.112.0 – 164.10.127.255 164.10.128.0 – 164.10.143.255 164.10.144.0 – 164.10.159.255 164.10.160.0 – 164.10.175.255 164.10.176.0 – 164.10.191.255 164.10.192.0 – 164.10.207.255 164.10.208.0 – 164.10.223.255 164.10.224.0 – 164.10.239.255 Subnet mask Subnet mask biasanya digunakan oleh router untuk menentukan bagian mana yang merupakan alamat jaringan dan bagian mana yang merupakan alamat host. Struktur subnet mask sama dengan struktur IP address, yakni terdiri dari 32 bit dengan 4 segmen. Terdiri dari urutan bit 1 diikuti dengan bit 0. Bit 1 menentukan tingkat subnet mask (network) dan bit 0 menunjukkan host. Angka biner pada subnet mask digunakan untuk : Membedakan netID dan hostID Menunjukkan letak suatu host apakah berada di jaringan local atau jaringan luar Hal ini dilakukan untuk operasi pengiriman paket IP dengan melakukan operasi AND antara subnetmask dengan alamat IP asal dan alamat IP tujuan, serta membandingkankan hasilnya. Jika kedua hasilnya sama maka host tujuan terletak di jaringan local, sehingga peket IP dikirim langsung ke host tujuan, tapi jika hasilnya bereda maka host terletak di luar jaringan sehingga paket IP dikirim ke router

Setelah anda membaca artikel Konsep Subnetting, Siapa Takut? dan memahami konsep Subnetting dengan baik. Kali ini saatnya anda mempelajari teknik penghitungan subnetting. Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:
Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30


SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
3. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Subnet 192.168.1.0 192.168.1.64 192.168.1.128 192.168.1.192
Host Pertama 192.168.1.1 192.168.1.65 192.168.1.129 192.168.1.193
Host Terakhir 192.168.1.62 192.168.1.126 192.168.1.190 192.168.1.254
Broadcast 192.168.1.63 192.168.1.127 192.168.1.191 192.168.1.255
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30

Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
3. Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet 172.16.0.0 172.16.64.0 172.16.128.0 172.16.192.0
Host Pertama 172.16.0.1 172.16.64.1 172.16.128.1 172.16.192.1
Host Terakhir 172.16.63.254 172.16.127.254 172.16.191.254 172.16.255.254
Broadcast 172.16.63.255 172.16.127.255 172.16.191.255 172.16..255.255
Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
3. Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet 172.16.0.0 172.16.0.128 172.16.1.0 … 172.16.255.128
Host Pertama 172.16.0.1 172.16.0.129 172.16.1.1 … 172.16.255.129
Host Terakhir 172.16.0.126 172.16.0.254 172.16.1.126 … 172.16.255.254
Broadcast 172.16.0.127 172.16.0.255 172.16.1.127 … 172.16.255.255
Masih bingung juga? Ok sebelum masuk ke Class A, coba ulangi lagi dari Class C, dan baca pelan-pelan

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
3. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet 10.0.0.0 10.1.0.0 … 10.254.0.0 10.255.0.0
Host Pertama 10.0.0.1 10.1.0.1 … 10.254.0.1 10.255.0.1
Host Terakhir 10.0.255.254 10.1.255.254 … 10.254.255.254 10.255.255.254
Broadcast 10.0.255.255 10.1.255.255 … 10.254.255.255 10.255.255.255
Mudah-mudahan sudah setelah anda membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas. Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih cepat, tunggu di artikel berikutnya
Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2
Tahap berikutnya adalah silakan download dan kerjakan soal latihan subnetting. Jangan lupa mengikuti artikel tentang Teknik Mengerjakan Soal Subnetting untuk memperkuat pemahaman anda dan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan soal dalam waktu terbatas.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by 53MP4K CYBER - Premium Blogger Themes | Vb'zhea14